Bunuh Langsung Tapi Terselubung


Anak Langit Di Negeri Pelangi (aldnp #08)

Pria setengah baya ini bekerja di instansi pemerintah yang mengurusi keuangan Negara. Meski bukan pimpinan tertinggi di lembaga itu, tetapi dialah orang yang paling bertanggung jawab (tepatnya: paling berkuasa) di bidang anggaran biaya yang diperuntukkan bagi lembaga-lembaga pemerintah. Posisinya sungguh sangat strategis, karena semua anggaran yang diajukan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan perusahaan-perusahaan milik Negara harus mendapatkan persetujuan darinya. 

Tentu jabatannya itu tidak diperolehnya begitu saja. Ia tidak meniti karirnya dari bawah disana, sebagaimana para pegawai biasa. Ia justru ditempatkan disana oleh pimpinan teras komite pusat (ini semacam polit biro) dari partai yang berkuasa, dengan maksud tertentu. Meski tidak terlihat melakukan aktivitas politik praktis, namun sebenarnya pak Gadar adalah kaki tangan partai yang berkuasa, sebagaimana keharusan (yang tidak tertulis tetapi menakutkan banyak orang) bagi semua pejabat maupun pimpinan institusi pemerintah.

Memang bukan rahasia lagi kalau posisi-posisi kunci sebuah instansi ditempati oleh orang dari partai yang berkuasa. Kompeten atau tidak bukanlah hal yang menjadi pertimbangan utamanya. Yang penting loyalitas buta harus dimilikinya. Ya, loyalitas atau kesetiaan tetapi yang buta. Yang ngawur! 

Loyalitas buta adalah bentuk kesetiaan seekor anjing yang selalu membela tuannya tanpa pernah berpikir perkara benar atau salah. Kadang bahkan lebih rendah dari martabat binatang peliharaan yang paling banyak digemari oleh manusia itu. Seekor anjing akan melihat calon korbannya lalu menatap mata tuannya lebih dahulu untuk mencari kepastian jika disuruh menggigit orang lain yang telah dikenalnya. Ia tidak akan beranjak jika tuannya tidak memerintahnya sekali lagi dengan tegas. Tetapi, loyalitas buta hanya dimiliki oleh robot yang tidak memiliki hati dan perasaan, yang menuruti apapun perintah yang diterimanya. Mungkin masih lebih baik robot karena digerakkan oleh komputer yang ber’otak’ cerdas. Otak robot akan bertanya dulu bila instruksinya “error”, sebelum mendapatkan kepastian eksekusi. Mereka-mereka ini sering justru tidak berotak (karena itu mereka dipakai) dan kalaupun memiliki sedikit kecerdasan, otak itu tidak boleh dipakai. Tepatnya mereka itu seperti kerbau dicucuk hidung!

Meski pak Gadar bukan pemimpin tertinggi di lembaganya, tetapi semua orang tahu dialah yang paling berpengaruh disana, karena dia orang kepercayaan partai yang berkuasa. Bahkan pimpinan lembaga itu tidak akan berani menentang keputusan yang diambil “anak buahnya” yang satu ini meski tidak sesuai dengan kebijakan organisasi yang dipimpinnya.

Dalam hirarki organisasi partai, pak Gadar menempati posisi khusus yaitu sebagai anggauta “Lingkaran Dalam”. Kelompok ini tidak tampak dalam struktur resmi kepartaian, tetapi semua orang tahu mereka adalah orang-orang terdekat dan terpercaya pimpinan tertinggi partai yang berkuasa.

Meski demikian kebanyakan orang tidak pernah tahu individu-individu yang menjadi anggota kelompok istimewa ini. Seperti halnya pak Gadar, kebanyakan orang hanya tahu dia adalah orang ‘kiriman” partai, tetapi tidak ada yang yang tahu kalau pak Gadar adalah anggota Lingkaran Dalam, termasuk pimpinannya di lembaga keuangan Negara itu.

Pimpinannya di lembaga keuangan Negara itu adalah seorang professional dalam bidang ekonomi dan keuangan, professor dan guru besar di perguruan tinggi terkemuka. Saat ditunjuk untuk memimpin lembaga itu, sebenarnya ia enggan menerimanya dan lebih memilih mengajar di perguruan tinggi. Namun menimbang resiko yang dapat menimpa dirinya dan terutama terhadap keluarganya, ia tidak memiliki pilihan kecuali menerimanya. 

Sadar akan hal itu ia mengambil sikap yang lebih positif, menerima dengan diiringi semangat dan motivasi yang tinggi agar justru jabatan itu tidak jatuh ke tangan orang yang tidak bertanggung jawab sehingga membawa negaranya menuju jurang kehancuran yang lebih dalam. Dalam hati ia bertekad untuk tidak membiarkan kekuasaan tangan-tangan kotor itu bersimaharajalela.

Sang profesor masih ingat betul saat ia dipanggil menghadap ke istana kenegaraan untuk diminta kesediaannya memimpin lembaga keuangan negara ini.
“Saudara saya tunjuk untuk memimpin Lembaga Keuangan Negara kita. Apakah saudara bersedia?” tanya pimpinan tertinggi Negara yang juga adalah pimpinan tertingi partai yang berkuasa. 
“Saya bersedia, Yang Mulia Bapak Pimpinan!” jawabnya dengan mantap.
“Bagus, kalau begitu!” kata Yang Mulia dengan senyum kecil menghias wajahnya.

Sulit mengartikan makna dibalik senyum itu, senyum yang bisa menipu siapapun.
“Saya minta saudara menjalankan dengan sebaik-baiknya tugas itu demi kejayaan bangsa kita.” lanjutnya.

Ia berhenti sebentar memberikan kesempatan sang professor menyiapkan diri mendengarkan perintah yang paling utama.
“Dengan satu syarat! Saudara tidak boleh menghalangi setiap keputusan yang dibuat oleh saudara Gadar yang akan kami tempatkan di bagian Anggaran Negara…!”
      
Yang Mulia itu berhenti sejenak, menatap tajam mata professor untuk mencari kesungguhan hatinya.
Ada sekilas kernyit halus membentuk di dahi si professor saat mendengar perintah yang aneh dan tidak masuk akal itu. Bagaimana mungkin seorang atasan harus tunduk kepada semua kemauan seorang bawahannya? Masak dia yang jadi atasan dan profesor harus menjadi kapal besar ditunda jongkong? Bagaimana kalau itu bertentangan dengan hati nuraninya, disiplin ilmu yang dikuasainya, atau mencelakakan rakyat banyak? Apa kata dunia nanti? Para mahasiswa dan koleganya akan menertawakannya dengan sinis sebagai Kyai “Jarkoni” alias Mengajar bisa, Melakoni tidak bisa! Dia akan dituduh sebagai pelacur ilmu. "Uuuh....!" diam-diam ia mengeluh dalam hati.

Tetapi, segera pula ia sadar dengan siapa ia berhadapan. Sang penguasa tertinggi yang didukung dengan sistem kroni yang begitu kuat dan rapi serta ratusan ribu pucuk senjata dari angkatan bersenjata yang berdiri di belakangnya, sedang meneliti isi batinnya. Sedikit saja terlintas keraguan di wajahnya akan berakibat fatal.

Adakah ia melihat kernyit di dahi itu? 
Jangan-jangan air mukanya telah membuka isi hatinya yang terdalam! 
Sekilas terbayang wajah istri dan anak-anaknya yang biasa menyambutnya dengan ceria disaat pulang. 

Mengingat akan hal itu, ia membulatkan hatinya,
 “Apapun yang terjadi harus saya hadapi!”, kata bathinnya.

Dengan mantap ia lalu mengangkat wajahnya yang tadi agak menunduk, mengarahkan pandangan matanya dengan pasti kepada sang penguasa Yang Mulia.

Tiba-tiba dilihatnya senyum aneh yang sejak tadi bertengger di wajah Yang Mulia menghilang, berganti dengan raut yang mengencang. Jangan-jangan orang ini telah tahu isi hatinya!
“Apakah saudara sanggup?!” tanyanya dengan tandas.

Ada tekanan memaksa dalam nada bicaranya itu, dan terasa menusuk di ujung hatinya. Tetapi ia telah menguasai dirinya, dan menjawab dengan mantap.
“Saya sanggup, Yang Mulia Bapak Pimpinan!”
“Baik, terima kasih kalau demikian. Selamat menjalankan tugas saudara!” kata Yang Mulia dengan senyum kemenangan.

Dia tahu kemauannya tidak dapat ditolak. Itu sudah pasti.

Piuuhh....! Terasa lega hati pak professor. 
Ternyata ia mampu menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya. 
Benarkah demikian? 
Padahal, sesungguhnya tidak begitu adanya! Lantas….?

Pada saat dahinya mengernyit tadi, posisi kepalanya agak tertunduk dan rambut lurus diatas dahinya jatuh menutupi kernyit itu. Apalagi bila dilihat dari kursi Yang Mulia yang lebih tinggi dari pada tempat ia duduk, rambut itu sempurna menutupi isi hatinya. 

Sadar dirinya diselamatkan oleh rambut poninya itu ia pun menepuk-nepuknya dan berucap dalam hati,
“Mulai saat ini kamu akan kupelihara dengan baik dan tetaplah bertugas menutupi isi hatiku yang sebenarnya”, bisiknya.

Kini kita tahu, betapa besarnya pengaruh dan kekuasaan pak Gadar di lembaganya itu. Meskipun demikian pak Gadar memiliki rasa respek tersendiri terhadap si professor pimpinan di lembaganya itu karena ia tidak pernah tahu isi hati yang tersembunyi di balik rambut poninya, disamping pak professor memang sangat professional dalam bidangnya.

Dan, bagaimana pula hubungannya dengan pak Duma?

Hampir sama seperti pak Gadar, pak Duma juga ditunjuk oleh Komite Sentral partai untuk menduduki jabatan pimpian lembaga pemerintah yang kini dipegangnya. Namun di dalam hirarki partai, ia termasuk dalam kelompok Lingkaran Kedua, satu lapis dibawah pak Gadar. Jadi, meskipun di mata awam pak Duma terlihat memiliki kedudukan yang tinggi tetapi ia tidak memiliki kekuasaan sebesar pak Gadar dan harus tunduk pada pak Gadar. Dalam struktur hirarki partai ia berada dalam jaringan binaan pak Gadar. Itulah sebabnya pak Duma segera melaporkan peristiwa pengungkapan pembelian fiktif oleh Andragi itu kepada pak Gadar segera setelah rapat, dan dalam pembicaraan telpon mereka terlihat jelas pengaruh pak Gadar terhadap pak Duma.

Kita ikuti lagi percakapan rahasia mereka.
“Mengingat Andragi adalah pacar Nina, tindakan apa yang harus saya ambil pak? Apakah boleh saya mengambil tindakan sesuai prosedur standar?” tanya pak Duma.

Prosedur standar yang dimaksud adalah melenyapkan si perusuh. Ini berarti ia harus dibunuh. 
Caranya bisa bermacam-macam dan setiap cara memiliki kode masing-masing. 

Kode A berarti dibunuh secara langsung dan terang-terangan, dilakukan oleh alat Negara (polisi atau tentara) dengan menggunakan senjata api.  Para kriminal berat, perusuh dan yang dinilai subversif biasanya mendapat perlakuan ini.  

Kode B berarti pembunuhan secara langsung tetapi terselubung. Biasanya berupa kecelakaan kendaraan, penculikan lalu dibunuh atau semacamnya. Para aktivis politik, cendekiawan yang dianggap berbahaya, atau karyawan yang mebongkar rahasia “Negara” biasanya mendapat perlakuan ini. 

Sedangkan Kode C adalah pembunuhan tidak langsung dan terselubung. Biasanya mereka dibuat sakit-sakitan berkepanjangan, hilang ingatan, atau lumpuh secara fisik maupun ekonomi. Cara ini umumnya diterapkan kepada orang-orang partai yang dicurigai sudah tidak loyal, para pengusaha yang tidak bisa diajak bekerjasama atau lawan politik yang sudah dikalahkan (maksudnya supaya tidak dapat membangun kekuatan kembali atau beresiko jika dilakukan secara langsung).

Setelah berpikir sejenak, pak Gadar menjawab.
“Pada dasarnya iya, Kode B tetapi tetapi dengan sedikit modifikasi. Karena itu mulai sekarang saya yang mengambil alih. Saudara Duma tidak perlu mengambil inisiatif sendiri dan jalankan tugas seperti biasa. Lakukan apa yang saya instruksikan. Sementara itu saudara harus terlihat bersikap akomodatif terhadap upaya pemberantasan korupsi, termasuk terhadap Andragi. Mengerti?” 
“Saya mengerti pak.”

“Baik! Pertama-tama panggil orang kita yang menjadi kepala keamanan kantor saudara. Katakan bahwa dia akan dihubungi oleh seseorang yang akan menggunakan kode Alfadelta untuk mengontaknya. Katakan agar ia mengikuti semua instruksi Alfadelta. Perintahkan dia untuk melaporkan kepada saudara apa yang harus dilakukan supaya kita bisa memastikan langkahnya benar dan masih loyal atau tidak. Pastikan tidak ada yang tahu masalah ini.”
“Baik pak.”

Gagang telpon itu diletakkannya setelah ia mendengar diujung sana pak Gadar telah menutup telponnya.
Pak Gadar sendiri lalu memutar kembali telpon rahasianya. Ia menghubungi SEAP atau Satuan Elit Anti Perusuh. Satuan elit ini dari luar dikenal sebagai pasukan yang sangat professional dengan persenjataan modern serta prestasi yang mengesankan. Para pemberontak atau gerakan separatis bersenjata dibabat habis oleh mereka tanpa mampu memberikan perlawanan yang berarti. Tetapi kekuatan sebenarnya terletak pada pasukan rahasia yang digunakan untuk melakukan prosedur standar Kode B dan C. Para ahli intelijen nomor satu, ahli strategi militer ulung serta orang-orang mereka yang dididik khusus menjadi ahli berbagai disiplin ilmu menjadi otak gerakan mereka yang rapi dan berdisiplin tinggi.

Melalui telpon itu pak Gadar berbicara dengan tegas, namun padat. Ia hanya menyebutkan nama korban, Kode B yang dimodifikasi serta langkah pertama yang harus dilakukan malam itu juga. Sebelum mengakhiri pembicaraan ia memerintahkan agar hari pelaksanaan Kode B yang dimodifikasi itu akan ia tetapkan setelah waktunya tepat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Bro/Sis kasih komentar anda.Thanks.

KOMENTAR ANDA