“Ya, tentu. Kelihatannya ini soal komitmen dan
prioritas yang sering terlihat saling bertentangan. Padahal sebenarnya tidak
demikian. Komitmen kami jelas yaitu membantu sesama yang membutuhkan
pertolongan, yang sedang berjuang melawan ketidak-adilan. Siapapun mereka. Dan
itu bisa terjadi dimana saja. Poruteng hanyalah sebuah nama yang bisa diberikan
oleh kakek Bulesak, tetapi pada prinsipnya yang beliau harapkan adalah dimana
saja jika diperlukan,” jelas Paldrino.
“Lalu, yang menjadi prioritas itu apa, pak
Wedana?” tanya Brewok bingung.
“Begini, prioritas itu adalah bagian dari komitmen
seseorang terhadap sebuah tujuan. Jadi, acuannya adalah tujuan. Jika seseorang
menyatakan komitmennya terhadap sebuah tujuan, maka ia akan melibatkan diri dan
terutama hatinnya, sepenuhnya, agar tujuan itu tercapai. Karena itu ada lima
ukuran untuk bisa melihat apakah seseorang memiliki komitmen atau tidak,” jelas
Paldrino.
“Apa saja itu, pak Wedana?” tanya Loyo, sangat
tertarik.
“Ya, yang pertama ya Prioritas itu. Jika seseorang
memiliki komitmen tertentu maka ia akan memprioritaskan atau mendahulukan lebih
dari yang lain akan hal itu. Tidak ada istilah tunggu dulu, atau kalau ada
waktu, atau tidak ada biaya, dan berbagai alasan lain,” ia berhenti sejenak.
“Yang kedua adalah kukuh pendapat atau biasa kita
sebut ‘ngotot’. Orang yang punya komitmen tinggi ditandai dengan pendiriannya
yang kuat, tidak mudah goyah oleh tentangan dan tantangan meskipun datang dari
pihak yang lebih kuat. Kalau kita melihat seorang anak tampak menentang
terhadap orang tuanya yang melarangnya main bola misalnya, janganlah menilainya
begitu saja sebagai anak yang kurang ajar. Demikian juga terhadap anak buah
kita. Justru itu tandanya mereka memiliki komitmen yang kuat. Yang penting,
sepanjang esensinya sejalan dengan tujuan utama yang lebih besar kita hanya
perlu mengarahkan dan mendorongnya. Dalam kasus kita sekarang ini, esensinya
adalah menolong orang yang berjuang menegakkan keadilan, bukannya Poruteng.”
Ia menelan
ludah dan menghirup tuak lontar untuk membasahi tenggorokannya, sambil
memperhatikan reaksi yang lain.
“Ah, rupanya saya terlalu panjang menyita waktu
anda. Mungkin lain kali kita teruskan pembicaraan ini,” kata Paldrino.
“Tidak, pak Wedana,” kata Jotiwo. “Ini sungguh
menarik dan perlu kami hayati dengan baik. Lagi pula kita masih punya waktu
cukup banyak. Bukankah Setiaka masih harus mengumpulkan prajurit dari berbagai
tempat dan Adipati Rajapurwa harus pula bersusah payah mengumpulkan perbekalan
karena lumbung dan harta benda kadipaten telah kita bawa kesini..hehehe..”
katanya sambil tertawa, diikuti oleh yang lain.
“Hehehe... mereka perlu waktu berhari-hari untuk itu.
Apalagi kalau harus meminta bantuan dari pusat atau kadipaten lain,” sambut
Gadamuk.
“Karena itu, silakan diteruskan pak Wedana,” pinta
Jotiwo.
“Baiklah,” jawab Paldrino. “Yang ketiga adalah
kesediaan menyediakan sumberdaya. Orang yang punya komitmen terhadap sesuatu
akan bersedia menyediakan sumberdaya yang dimilikinya atau dibawah kendalinya
demi berhasilnya tujuan yang telah menjadi komitmennya itu. Bila seorang
pimpinan yang katanya punya komitmen tetapi ketika diminta menyediakan dana
oleh anak buahnya dan menyatakan tidak ada atau harus cari sendiri, misalnya,
maka pemimpin itu sebenarnya tidak memiliki komitmen yang tinggi terhadap yang
hal itu.”
“Apakah sumberdaya itu hanya dana, pak Wedana?’
tanya Loyo.
“Itu hanya salah satunya. Selain dana, sumberdaya
yang lain yaitu manusia. Misalnya orang tadi minta disediakan anak buah yang
mumpuni dari pimpinannya dan sang pimpinan hanya memberikan orang-orang ‘sisa’
sementara yang pintar dipakai untuk dirinya sendiri, maka sebenarnya dia itu
tidak punya komitmen. Sumberdaya yang lain tentu saja waktu, pikiran dan jangan
lupa soal hati. Orang yang punya komitmen meyediakan waktunya untuk itu, juga
pikirannya. Tetapi yang paling penting dia menyediakan hatinya untuk itu,” jelas
Paldrino.
“Terimakasih, pak. Maaf, silakan meneruskan soal
komitmen tadi,” kata Loyo.
“Ya, ukuran kuatnya komitmen yang ke empat adalah
inisiatif dan kreatifitas. Pada dasarnya dalam melakukan sesuatu kita
menghadapi macam-macam kendala, tidak semulus seperti yang direncanakan. Nah,
seorang yang memiliki komitmen kuat akan selalu berinisiatif dan mencari berbagai cara kreatif untuk
mengatasi kendala itu. Dia tidak mudah menyerah dan memang tidak pernah
terlintas dalam pikirannya untuk menyerah.”
Paldrino berhenti untuk membasahi tenggorokannya.
“Inilah yang sering menjadikan seorang pemimpin
sangat dihargai meski usahanya gagal sekalipun. Karena dia telah menunjukkan
usahanya yang luar biasa. Perdana Menteri Kudabringas tetap dipuja walaupun
pada awalnya begitu banyak kegagalan yang didapatnya saat berusaha menyatukan
negeri Klapa Getir ini. Orang bisa melihat inisiatif dan kreativitasnya begitu
banyak, dan karena itu mereka menghargainya dan terus mendukungnya. Akhirnya ia
berhasil mewujudkan komitmennya itu.”
“Benar pak Wedana,” sambung Jotiwo. “Saya dulu
sempat menjadi prajurit beliau dan merasakan hal itu. Kami memang berkali-kali
menderita kalah dalam pertempuran, tetapi beliau tetap berusaha mencari jalan
dengan berbagai cara. Kami jadi tetap bersemangat,” kenangnya.
“Lalau yang terakhir apa pak Wedana?” tanya Jotiwo.
“Yang kelima yaitu rencana tindak lanjut. Orang
yang memiliki komitmen kuat akan terjun sampai membahas rencana tindak lanjut
secara rinci. Dia tidak akan hanya sampai sebatas mengatakan ‘ini lho garis
besarnya dan selanjutnya terserah anda’. Dia akan rela membahas detil-detil
yang rinci, termasuk memberikan perhatian kepada setiap orang-orang kecil, yang
bagi banyak pimpinan merasa bukan urusan yang pantas dipikirkannya.”
“Nah, karena kami sudah memiliki komitmen membantu
Gunung Kembar menegakkan keadilan, mari sekarang kita bicarakan rencana tindak
lanjutnya secara rinci,” Paldrino mengakhiri kotbahnya.
“Hehe.he..pak Wedana bisa aja,” kata Gadamuk. “Tapi
memang semuanya benar. Terimakasih pak.”
Mereka lalu membahas rencana menghadapi serangan
yang diduga akan segera dilakukan oleh Setiaka. Seorang mata-mata melaporkan
bahwa Adipati dan Setiaka melarikan diri ke Karangnyara. Kabarnya, Adipati juga
meminta bantuan pasukan dari Kadipaten Munggur.
Karena itu mereka dengan serius
merecanakan membangun pertahanan berlapis dan penuh dengan jebakan-jebakan.
Sebagai ahli strategi perang berpengalaman dan
sudah malang melintang dalam berbagai pertempuran sejak jaman Perdana Menteri Kudabringas,
Jotiwo memahami betul seluk beluk formasi perang maupun taktik dan tipu daya pertempuran.
Sebenarnya dengan itu mudah baginya membuat jebakan-jebakan yang mematikan,
tetapi Andragi minta agar bisa mengalahkan mereka dengan korban sekecil mungkin.
Bagaimanapun juga para prajurit itu hanyalah menjalankan tugasnya. demikian
juga halnya dengan Setiaka sendiri. Andragi berharap dia bisa dikalahkan tanpa
harus membunuhnya.
Karena itu mereka kemudian membuat rencana yang
lebih rumit dan memerlukan koordinasi yang kuat dalam menjalankannya nanti.
Mereka membuat tiga buah menara pengawas tambahan. Yang tertinggi dan berada di
tengah akan digunakan Andragi sebagai pusat pemantau situasi. Dari menara itu
ia akan memberikan aba-aba berupa
kode-kode dengan bendera warna-warni utnuk melakukan tindakan tertentu. selain
itu, jebakan-jebakan diperbanyak tetapi tidak mematikan, hanya melumpuhkan
kemampuan serang lawan.
Persiapan itu selesai hanya dalam lima hari.
Setelah itu mereka berlatih melakukan simulasi rencana mereka. Para prajurit
berlatih perang dan bela diri dengan sungguh-sungguh. Perbekalan dipersiapkan
dengan seksama dan ramuan obat juga dibuat lebih banyak. Tidak ada hal kecil
yang tidak diperhatikan. Sungguh suatu praktik yang benar-benar mereka terapkan
dari pembelajaran yang disampaikan oleh Paldrino. Persiapan yang sungguh bagus
itu membuat semua orang merasa nyaman. Tidak tampak kecemasan dan rasa tegang
yang berlebihan seperti biasanya menghadapi perang hidup mati.
Hingga suatu pagi pada hari ke empat belas setelah penyerangan mereka
ke Rajapurwa itu, Andragi turun dari menara pengawas dan mengatakan akan datang
dua orang mata-mata sekitar satu atau dua jam ke depan.
Benar seperti yang dikatakan, pada siang itu tibalah
dua orang mata-mata yang mengabarkan pasukan Setiaka telah berkumpul di Rajapurwa.
Juga pasukan bantuan yang datang dari Munggur. Perbekalannyapun juga sudah
terkumpul dari semua kawedanan di wilayah Rajapurwa. Tampaknya mereka akan
menyerang dalam dua hari ke depan.
“Wah sobat Mata Setan memang memiliki kekuatan
mata yang luar biasa. Orang yang masih begitu jauh dan tidak terlihat oleh kita
bisa dilihat dengan jelas olehnya,” puji Jotiwo.
“Baiklah sobat Jotiwo dan Gadamuk. Saya akan
membuka rahasia saya,” kata Andragi. “Saya adalah manusia biasa seperti
sobat-sobat semua. Saya tidak hebat, bahkan tidak memiliki ilmu bela diri. Saya
hanya menggunakan peralatan yang saya bawa dari dunia saya, dunia masa depan.
Barang-barang itu adalah benda sehari-hari di dunia kami, dan dibuat dengan
menggunakan ilmu pengetahuan. Misalnya mata ajaib ini,” jelas Andragi sambil
mengeluarkan sebuah teropong.
Bergantian para sobatnya mencoba menggunakan alat
itu dengan reaksi yang menggelikan. Ada yang ketakutan melihat jempol kakinya
yang tiba-tiba membengkak besar sekali. Loyo yang iseng memegang seekor kucing
dan mengunjukkannya di depan teropong saat Brewok menggunakan benda itu.
“Ah, ada macan!” serunya sambil melompat mundur.
Semua akhirnya memahami fungsi benda itu meski
tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi.
“Bagaimanapun, bagi saya sobat Mata Setan datang
dari masyarakat yang sangat tinggi kepandaiannya. Tentu pikiran mereka sudah
sangat maju, dan yang seperti itu adalah hebat untuk ukuran kami,” kata Jotiwo.
Jotiwo dan kawan-kawan semakin optimis mereka bisa
mengatasi serangan Setiaka dengan adanya sobat Mata Setan dan kawan-kawannya
itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Bro/Sis kasih komentar anda.Thanks.