Lugasi Menyelamatkan Harimau yang Dijerat

Anak Langit Di Negeri Pelangi (aldnp #49 )

Kemanakah perginya Anak Setan?


Sesuai tujuannya, maka Lugasi  berjalan ke barat. Ia berharap hari itu bisa sampai di dekat Rajapurwa, tetapi medan yang sulit membuat langkahnya tidak secepat yang diinginkannya. Ia  baru melewati beberapa bukit ketika dari jauh terdengar auman harimau. Buat Lugasi binatang itu tentu tidak membuatnya takut sehingga dia malah berjalan menuju asal suara itu.  

Beberapa puluh meter di depannya ia melihat seekor anak harimau yang terjebak dalam lubang perangkap dan induknya menunggui sambil mengaum.

“Ah, ini pasti pekerjaan para pemburu. Kalau mereka menangkap yang dewasa, maka anak-anaknya akan mati kelaparan. Kalau menangkap yang kecil, binatang itu akan punah  nantinya. Kata kakek guru, banyak orang kaya yang senang memelihara harimau dalan kerangkeng sebagai tanda ia kaya. Sebaiknya kulepaskan saja binatang itu,” ia membatin.

Ia lalu mencoba  memancing perhatian sang induk. Binatang itu segera menunjukkan kemarahannya. Ia langsung berlari sambil melompat menerkam tetapi mangsanya mengelinding menjauh dengan cepat. Binatang itu penasaran dan mengejarnya lagi, tetapi kali ini lawannya melenting keatas dan hinggap di dahan pohon.  Si induk mendongak keatas namun kemudian teringat akan anaknya dan berniat kembali. Saat ia berbalik pergi, Lugasi melayang turun dan menggodanya. Si induk kembali mengejarnya tetapi lawannya kini menghilang entah kemana. Ia kebingungan mecari, sementara Lugasi dengan cepat memutari gundukan  itu dan berbalik ke lubang tempat anak harimau itu terjebak. Ketika menciumi bau Lugasi memutari gundukan itu, sang induk mengikutinya sambil mengendus hingga tiba kembali di lubang itu. Didapatinya anaknya telah terbebas dan berada di tempat yang aman, sementara penolongnya duduk dengan santai diatas sebuah cadas. Binatang itu memandanginya dengan tatapan yang sayu, seakan tahu Lugasi bukan musuhnya, melainkan dewa penolong anaknya.

“Nah, kau bebas sekarang. Hati-hati dengan makhluk berkaki dua yang disebut manusia ya? Mereka itu kelihatannya lemah, tetapi makhluk paling berbahaya dan paling kejam sedunia. Kalian tidak akan pernah saling membunuh sesama kecuali jika harus mempertahankan diri, tetapi manusia sering membunuh sesamanya demi kesenangan. Hati-hati ya dengan makhluk seperti saya ini. Hihi..hi!” pesannya dengan jenaka.

Seakan mengerti, binatang itu lalu mencengkeram tengkuk anaknya dengan mulutnya dan membawanya berlalu dari sana dengan santai.

Beberapa saat kemudian..

“He, lihat! Sepertinya lubang kita sudah terbongkar tetapi binatangnya tidak ada di dalam.  Bagaimana bisa dia melepaskan diri?” kata salah seorang pemburu kepada kawannya.

“Aneh! Apakah ada pemburu lain yang mendahului kita?” timpal temannya.

Diatas batu cadas itu Lugasi bersiul-siul santai.

“He! Siapa kau! Apa kau yang mencuri buruan kami?”

“Aku adalah setan pemilik hutan dan isinya disini. Kalianlah yang telah mencuri hartaku selama ini demi kesenangan!” jawab Lugasi.

“Kami ini pemburu, dan mencari makan dari berburu. Kau jangan mengganggu pekerjaan kami,” kata seorang dari mereka.

“Kalian tidak sedang mencari makan, tetapi kalian sedang mengejar kesenangan. Kalau sekedar untuk hidup kalian cukup berburu kijang atau celeng  yang lebih banyak jumlahnya dan lebih mudah ditangkap. Tetapi kalian berburu harimau yang harganya jauh lebih mahal,” kata Lugasi.

Tiba-tiba, dari balik cadas terdengar auman yang keras. Kedua orang pemburu itu terperanjat dan langsung memanjat sebatang pohon yang cukup besar hingga mencapai dahan yang tinggi. Harimau itu keluar dan berjalan di bawah cadas tempat Lugasi duduk sambil menatap kedua pemburu itu. Mereka segera menyiapkan panah.

“Kalian jangan coba-coba memanahnya, atau harus berurusan dengan kapakku ini,” ancam Lugasi sambil melontarkan senjatanya.

Kapak itu melayang dan  membabat sebuah ranting persis diatas kepala kedua pemburu itu, lalu kembali ke pemiliknya.

“Kembali ke tempatmu, gogor!” katanya kepada induk harimau  itu. “Biar kuurus kedua makhluk berkaki dua ini,” kata Lugasi.

Seakan mengerti, binatang itu berbalik dan kembali ke balik cadas.

“Nah, sekarang akan saya buat kalian merasakan menjadi buruan. Macan-macan itu akan menjadi pemburunya!” kata Lugasi sambil melontarkankan kapaknya dan dua ranting di dekat mereka terbabat putus.

“Tunggu, jangan lakukan itu. Kami, Huntaro dan Huntari, terpaksa memburu harimau karena terlibat hutang dengan tuan tanah Hobijo akibat kalah judi. Kalau kami berhasil menangkap hidup-hidup anak macan, Hobijo akan menganggap lunas hutang kami,” kata seorang pemburu.

“Untuk apa anak macan itu?” tanya Lugasi.

“Untuk mainan tuan muda Angkuso anak tuan Hobijo,” jawab mereka.

“Siapa itu Hobijo dan mainan apa yang mereka lakukan terhadap macan-macanku?” selidik Lugasi.

“Tuan Hobijo itu menyukai kesenangan yang aneh-aneh dan itu menurun kepada anaknya. Dia memiliki beberapa anak macan dan macan dewasa. Yang sudah agak besar akan digunakan sebagai latihan tuan muda Angkuso berburu macan di sebuah lahan yang telah dipagari. Biasanya para pengawalnya diam-diam telah melukai macan itu atau membuatnya lemah agar tuan muda itu berhasil membunuh buruannya. Mereka lalu berpesta merayakan keberhasilannya,” jelas Huntaro.

“Sudah berapa lama ia melakukan itu?” tanya Lugasi mulai geram.

“Sudah sejak kecil. Saat itu yang dipakai ya anak macan yang baru 3 atau 4 bulan umurnya. Sekarang sudah meningkat ke macan remaja atau yang uzur,” jawab Huntaro.

Lugasi mengerutkan keningnya, Ia berpikir sejenak lalu berkata,

“Baik. Aku punya ide untuk melunasi hutang kalian. Lekas kalian turun!” katanya sambil melompat turun dari batu cadas itu.

Melihat lawan bicara mereka turun dengan santai, pelan-pelan Huntaro dan Huntari pun ikut turun. Apalagi dijanjikan akan bisa mencari jalan keluar melunasi hutang mereka.

“Bagaimana saudara bisa melunasi hutang kami?” tanya Huntari.

“Tunjukkan dimana tuanmu Hobijo itu tinggal!” jawab Lugasi.

“Dia tinggal di bawah lereng bukit di seberang bukit yang satunya itu, dekat perbatasan propinsi Gurada. Tetapi apa yang akan saudara lakukan?” desak Huntari.

Lugasi menceritakan rencananya. Kedua pemburu itu mengangguk-angguk setuju.

“Kalian tidak perlu melakukan apa-apa, dan hutang kalian lunas. Tetapi jangan bermain judi lagi. Itu akan membuat hidup kalian sengsara, seperti sekarang. Ingat itu!” tegas Lugasi.

Kedua pemburu itu mengangguk lagi.

Mereka lalu berangkat menuju tuan tanah Hobijo. Tuan tanah itu memiliki  pertanian dan rumah yang bagus dan luas. Komplek rumahnya dikelilingi pagar tembok yang tinggi, dengan bangunan induk yang menghadap sebuah taman dan lapangan yang luas. Pada salah satu sudutnya terdapat sepetak lahan yang dibatasi kerangkeng kokoh. Di dalamnya terdapat beberapa ekor harimau dari yang muda hingga tua.

Setiba disana kedua pemburu itu menyapa penjaga pintu gerbangnya dan mengatakan akan bertemu dengan tuan Hobijo dan tuan muda Angkuso.

“Tolong sampaikan ada hal aneh yang akan dipetunjukkan kepada tuan Hobijo dan tuan muda,” kata Huntaro.

Penjaga itu masuk ke dalam dan beberapa saat kemudian ia keluar lagi mempersilakan mereka masuk. Mereka berjalan melewati beberapa bangunan kecil lalu lapangan yang luas, menyusuri jalur di tengah taman yang indah hingga sampai di bangunan utama yang besar. Disana telah menunggu tuan Hobijo.

“Kalian Huntaro dan Huntari, kakak beradik pemburu. Apa yang kalian bawa sekarang?” tanya tuan rumah.

“Saat kami berburu, kami melihat anak muda ini menangkap harimau dengan tangan kosong dan menungganginya,” jawab Huntaro.

“Dimana harimau itu sekarang?” tanya Hobijo.

“Dia melepaskannya kembali dengan menendang pantatnya dan harimau itu lari terbirit-birit. Kami lalu membawanya kemari,” jawab Huntaro.

“Siapakah kau anak muda? Betulkah yang mereka bilang?” tanya Hobijo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Bro/Sis kasih komentar anda.Thanks.

KOMENTAR ANDA