Menjemput Bekas Prajurit di Pasar Selonto

Anak Langit Di Negeri Pelangi (aldnp #86 )


Dia lalu menunjuk Brewok, Balmis, Prawa dan Prati untuk tugas membuat tempat persinggahan itu. Bersama dengan Lugasi dan Pratur mereka turun menuju Selonto. Karena belum ada jalan mereka harus merambah hutan dan membuat jalan tikus agar mudah jalan pulang. Jalan tikus itu mereka beri tanda khusus yang hanya mereka sendiri yang tahu.

Setiba di pinggir hutan mereka lalu mencari tempat tersembunyi yang bagus untuk melihat kedatangan orang dari arah Selonto.

“Tempat ini bagus kita jadikan tempat persinggahan,..” kata Lugasi.

“Baik,... kami akan buat tempat ini tempat persinggahan yang tidak mencolok,..” kata Brewok.

Adapun Lugasi dan Pratur segera turun menuju Selonto melalui lembah datar yang terlihat subur. Mereka tiba di Selonto dan mencari warung makan yang dekat dengan pasar. Dari situ mereka bisa mengamati sebagian besar area pasar yang sedang lengang karena bukan hari pasar. Hanya ada satu dua orang pedagang dan pembeli disana. Tapi tidak terlihat orang yang mungkin dikenali oleh Pratur.

“Mungkin saya harus menunjukkan diri karena Juritma tentu memilih berlindung di tempat yang tidak mudah dilihat,..” kata Pratur.

“Ya, saya kira begitu,..” kata Lugasi.

Pratur lalu keluar menuju tempat pedagang alat-alat pertanian seperti pacul, parang, arit dan sebagainya. Dia berlagak seperti calon pembeli yang mengamati dengan serius sebilah parang dan mencoba menawarnya. Dia lalu memilih-milih parang dan kembali berusaha menawarnya. Pada saat itu sudut matanya menangkap sosok Juritma yang berjalan dengan hati-hati mendatanginya. Pratur segera membayar harga parang itu dan sambil berjalan memberi tanda kepada Juritma untuk mengikutinya.

Dari dalam warung Lugasi melihat Juritma mengikuti Pratur menuju suatu tempat. Di sebuah sudut Pratur berhenti dan menunggu Juritma. Sementara keduanya bercakap-cakap Lugasi melihat seseorang membeli pacul dan berjalan ke arah yang dituju Pratur. Lugasi yakin pasti orang itu juga bekas prajurit. Lugasi lalu membayar makanannya dan bergegas keluar warung menemui orang yang dilihatnya.

Orang itu agak terkejut melihat Lugasi tetapi segera menjadi tenang melihat Lugasi tersenyum dan mengangguk. Dengan anggukan kecil Lugasi mengajaknya mengikuti arah yang dituju Pratur dan Juritma.

Melihat Lugasi berjalan ke arahnya dan di belakangnya mengikuti seseorang yang memanggul pacul, Pratur segera mengajak juritma berjalan menuju tepi hutan ke tempat persinggahan mereka.

Melihat Pratur berjalan pergi bersama Juritma, Lugasi lalu berbelok ke arah yang berbeda dan berhenti di suatu sudut yang tidak mencolok menunggu si pembawa pacul.

“Apakah saudara kenal saya,..?” tanya Lugasi.

“Ya, kami disuruh ke Selonto setelah kejadian itu,..” jawabnya.

“Siapakah orang di depan tadi,..” tanya Lugasi menguji.

“Dia komandan saya pak Pratur dan teman saya Juritma,..” jawabnya.

“Baiklah, tapi kenapa saudara sudah ada disini,...?? Ini kan bukan hari pasar,,.” selidik Lugasi.

“Saya masih bujangan dan ingin segera bergabung dengan tuan-tuan,..” jawabnya.

“Oh begitu,.. Baiklah, mari ikut saya,..” ajak Lugasi.

“Tapi,...??” katanya.

“Tapi, apa,..??” tanya Lugasi.

“Tapi masih ada beberapa teman bujangan yang menunggu di sekitar pasar ini,..” kata bekas prajurit itu.

“Hmmm, ... tapi kita tidak bisa mengajak mereka sekarang karena akan mencolok. Tunggu saat hari pasar. Kapan hari pasar disini,..??” tanya Lugasi.

“Dua hari lagi,..” jawab orang itu.

“Baik,.. lusa kita jemput kawan-kawanmu. Sekarang ikut saya ke tepi hutan,..” kata Lugasi.

Mereka lalu menuju tempat persinggahan melalui jalan yang berbeda dengan Pratur dan Juritma. Setiba disana mereka melihat Pratur dan Juritma baru saja sampai ke pondok sederhana yang dibuat oleh Brewok, Balmis, Prawa dan Prati. Mereka lalu bertukar cerita kabar masing-masing.

“Saya terpaksa membunuh isteri dan lelaki itu karena marah dan lagi pula kepulangan saya akan diketahui oleh lelaki itu,... apa boleh buat,..” kata Juritma.

“Ya,..ya,.. bisa dimengerti,..” kata Lugasi.

“Tapi sekarang kita pikirkan bagaimana menjemput mereka yang sudah ada di Selonto,.. jangan sampai mereka terlalu lama disana,..” lanjut Lugasi.

Merekapun berunding dan menyetujui langkah yang harus dilakukan oleh setiap orang. Sambil menunggu datangnya hari pasar, mereka berdelapan  membenahi pondok persinggahan itu menjadi lebih besar tetapi dibuat lebih tersembunyi. Dengan jumlah tenaga yang cukup banyak bangunan pondok persinggahan yang lumayan besar berhasil mereka dirikan. Meski sederhana tetapi dilengkapi dengan dua kamar dan ruangan luas berisi amben besar dan beberapa bangku.

Pada saat hari pasar tiba mereka semua pergi ke Selonto kecuali Juritma. Sebagai buronan, memang sebaiknya dia bersembunyi. Mereka pergi berdua-dua dengan jalan yang berlainan, selain Lugasi yang berjalan sendiri.

Hari masih pagi namun pasar memang ramai di pagi hari. Biasanya menjelang tengah hari pasar akan berangsur-angsur jadi sepi. Ke tujuh orang itu lalu menyebar di area pasar  terutama di bagian pinggir agar mudah mengamati ke tempat yang ramai, juga mudah terlihat dan cepat pergi meninggalkan pasar bila terpaksa.

Benar saja, ketika Prati yang bersama Brewok melihat bekas anak buahnya yang sedang melihat-lihat barang-barang yang dijual. Ia menghampiri lalu mencoleknya dan diam-diam mengajaknya ke tempat yang sepi dimana Brewok berada.

“Bu..kan...kah komandan ...telah ... terbunuh...di..sana,..??” tanya bekas prajurit itu.

“Sssst, pelan-pelan,..! Tidak, saya tidak terbunuh,..” jawab Prati.

Prati menceritakan bagaimana mereka dikalahkan oleh para 'perampok' yang memiliki ilmu beladiri yang sangat lihai tetapi bukan sembarang perampok. Mereka dibuat tidak punya pilihan untuk kembali ke Megalung selain membuat seakan-akan telah mati terbunuh.

"Jadi ,,, kuburan itu palsu rupanya,.." kata bekas prajurit itu.

"Tidak semua palsu. Ada beberapa pimpinan prajurit yang benar-benar tewas terbunuh,.." jawab Prati.

"Karena itu nama saya sekarang adalah Prati,.. Panggil saya Prati,.." lanjutnya.

Dia lalu memperkenalkannya dengan Brewok. Pada saat itu ternyata ada teman prajurit itu yang diam-diam melihat Prati dan temannya menuju ke tempat Brewok. Dengan hati-hati dia mendekati tempat itu dan menyapa Prati.

“Saya ada disini komandan,..” lapornya.

“He, ... ada berapa orang kalian yang sudah kesini,..??” tanya Prati.

“Ada belasan orang setahu saya pak,..” jawab bekas anak buahnya itu.

“Hmmm baiklah,.. Kalian berdua ikut sobat Brewok ini dari belakang satu-satu dengan jarak tertentu agar tidak menarik perhatian,.. mengerti,..?” perintah Prati.

“Mengerti pak,..” jawab keduanya hampir berbarengan.

“Nah. sebelum sobat Brewok pergi, kalian sebaiknya beli bahan makanan untuk beberapa hari dan alat bekerja seperti pacul atau parang seperti orang yang pulang dari belanja ke pasar,..” jelas Prati.

Mereka berdua segera melakukan yang dikatakan Prati. Brewok juga membeli sekantung beras dan sebuah parang. Setelah itu dia kembali ke tempat semula dan dilihatnya ke dua prajurit itu sudah kembali berada disana bersama Prati.

Brewok pun lalu melangkah pergi keluar dari area pasar. Setelah jarak dua puluh meter prajurit yang satu melangkah mengikutinya. Demikian juga kawannya mengikutinya setelah berjarak sekitar dua puluh meter. Dengan cara itu Brewok menuntun mereka menuju pondok persinggahan yang ditunggui oleh Juritma.

Sepeninggal ke tiga orang itu, Prati kembali mengamati ke dalam pasar. Sama seperti sebelumnya ketika dia melihat seorang bekas prajuritnya dia menghampiri, mecoleknya dan mengajaknya ke tempat yang lebih sepi. Demikian juga ketika dia melihat seorang lagi bekas prajuritnya. Mereka juga disuruh belanja bahan pangan dan alat kerja sebelum pergi. Bertiga dengan cara seperti Brewok, dia menuntun dua bekas prajuritnya menuju pondok persinggahan.

Hal yang sama dilakukan oleh semua tujuh orang termasuk Lugasi yang setelah tiba di pasar bergabung dengan Prawa yang berdua dengan Balmis. Dengan cara yang sama seperti Prati dan Brewok mereka berhasil menuntun 6 orang bekas prajurit. Secara keseluruhan hari itu mereka berhasil membawa 15 orang bekas prajurit ke pondok persinggahan. Semuanya prajurit yang masih bujangan.

Di pondok persinggahan itu kini berkumpul 23 orang yang membawa banyak bahan pangan dan peralatan kerja. Mereka memutuskan sebagian besar siang itu juga langsung menuju markas mereka di puncak bukit. Hanya Pratur, Prawa dan Prati yang ditinggal untuk kembali ke pasar mencari bekas prajurit yang masih ada.

Menjelang malam ke dua puluh orang itu tiba di markas di puncak bukit. Mereka segera ditemui oleh Andragi dan kawan-kawan.

“Selamat datang sobat sekalian, selamat jumpa lagi,..” sapa Andragi.

“Terimakasih sudah memenuhi janji kalian sehingga bisa sampai disini. Kita akan memulai hidup baru dari sini dan berjuang membangun hidup yang lebih baik. Apakah kalian bersedia,..??” tanya Andragi.

“Kami bersedia,...!!” kata mereka serempak.

“Terimakasih,.. Mulai besok pagi kita akan bekerja membangun tempat ini untuk menampung kawan-kawan bekas prajurit yang akan berdatangan setiap saat,..” jelas Andragi.

Malam itu para bekas prajurit yang baru datang itu tidur di kolong markas yang lumayan besar itu. Esok harinya mereka bangun pagi-pagi dan segera membagi tugas untuk memasak bagi 30 orang yang berada di markas itu.

Setelah sarapan mereka dikumpulkan di depan markas. Andragi lalu membagi-bagi tugas. Ada yang bertugas memasak, ada yang berburu, ada yang mencari sayuran dan makanan di hutan, dan sisanya  membangun barak untuk tempat tinggal mereka dan tempat tinggal bagi yang akan tiba dari Selonto.

 Andragi dengan dibantu Loyo membuat denah area untuk daerah markas mereka agar cukup ditinggali oleh sekitar seratus dua puluh keluarga. Selain markas ada daerah pemukiman keluarga di bawah bukit sebelah timur yang bukan ke arah Selonto, ada daerah ladang dan sawah di dekatnya. Antara kedua area itu dengan markas pusat berjarak 500 meter dibatasi oleh hutan lebat. Tempat itu oleh Loyo diberi nama desa Kasjur. 

Prasa, Prama, Lugasi dan Juritma ditugaskan membantu Prati, Pratur dan Prawa menjaring bekas prajurit di pasar Selonto. Adapun Juritma khusus bertugas mengantar dari pondok persinggahan ke Markas di atas bukit. Dia tidak boleh menampakkan diri di pasar.

Sejak saat itu mulailah berdatangan 2-5 orang bekas prajurit prajurit setiap hari. Rupanya para bekas prajurit yang sudah berkeluarga pun ingin cepat-cepat bergabung setelah mendapatkan tempat tinggal yang mereka sewa untuk anak istrinya. Kepada pemilik rumah yang disewa mereka mengaku sebagai pedagang yang harus bepergian ke tempat lain untuk berdagang. Itulah cara cerdik mereka agar tidak ingin dikenali oleh tetangga baru mereka. Para bekas prajurit itu tersebar di beberapa desa di sekitar Selonto.

Sementara itu,....

Kompra dan pasukannya sebanyak 350 orang berbaris dengan cepat   menyusuri jalan menuju Kotaraja melalui sebelah utara gunung Merasin. Beberapa orang dari pasukan yang berkuda disuruhnya mendahului dan memberi kabar jika ada sesuatu yang mencurigakan. Setiap sepuluh kilometer mereka akan berhenti untuk mengistirahatkan kuda-kuda dan dua orang disuruh kembali ke induk pasukan untuk memberi kabar dan diganti oleh dua prajurit lain dengan kuda yang lain yang pergi menyusul pasukan pendahulu yang sedang beristirahat. Sesampai disana mereka segera berangkat sejauh sepuluh kilometer berikutnya lalu berhenti dan mengirim 2 orang ke induk pasukan. Begitu seterusnya. Dengan cara begitu Kompra menjaga kesegaran tubuh pasukan berkudanya.

Pada hari kedua pagi-pagi setelah sarapan pasukan pendahulu sudah berangkat dengan penuh semangat. Tidak lama kemudian mereka sanpai di desa Kalisunggi.

“Hei,... BRENTI,..!!” perintah prajurit yang memimpin.

“Periksa dengan teliti tempat ini. cari tahu kenapa rumah-rumah itu hangus terbakar,..!!” lanjutnya.

Pasukan pendahulu itu turun dari kudanya dan meneliti tempat itu dengan seksama. Rumah-rumah didapati hangus dan porak poranda. Tidak ada satu orang pun yang ditemui. Hanya ada beberapa kuburan yang baru beberapa hari dibuat.

“Cepat kita kembali ke pasukan induk,..!!” perintah prajurit yang memimpin.

Mereka dengan lincah menggeblas kuda-kudanya kembali ke pasukan induk melaporkan apa yang ditemui di desa Kalisunggi. Demi mendengar laporan itu dengan sigap Kompra mempercepat gerak pasukan induk melaju dan tiba Kalisunggi menjelang siang hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Bro/Sis kasih komentar anda.Thanks.

KOMENTAR ANDA