Dengan sikap siap tempur mereka merangsek maju dan memeriksa setiap sudut, namun tidak ada petunjuk yang
berarti selain rumah-rumah hangus dan beberapa kuburan baru. Kompra mengajak para prajuritnya berunding.
“Hmmm apa yang terjadi
menurut kalian,..??” tanya Kompra.
“Sepertinya telah terjadi
perampokan terhadap hadiah itu,..” jawab seorang pimpinan prajurit.
“Tapi kenapa tidak terlihat pertempuran yang seru dan hanya
beberapa orang yang mati,..??” tanya Kompra.
Lama mereka berunding
memperkirakan apa sebenarnya yang terjadi. Akhirnya mereka sampai pada
kesimpulan bahwa para perampok telah lebih dahulu datang dan mengusir penduduk
desa itu dengan membakar rumah-rumah mereka. Setelah itu mereka menyergap
dengan tiba-tiba para pimpinan pengawal dan membunuhnya. Itu sesuai dengan
jumlah kuburan baru yang ada. Setelah pimpinannya terbunuh para prajurit itu
lari menyelamatkan diri mereka entah kemana, karena ketakutan.
“Tapi bagaimana mereka
bisa tahu kapan kiriman itu akan lewat sini sampai sempat-sempatnya membakar
rumah penduduk lebih dulu,..??” tanya seorang pimpinan prajurit.
“Yah,.. saya menduga ada
orang luar yang membocorkannya. Tidak mungkin seorang prajurit karena mereka
semua ada di markas. Saya menduga utusan dari Gurada itu yang bisa membocorkan
rahasia perjalanan itu karena dia punya kemampuan lari cepat dan bebas bergerak.
Tidak sebagaimana prajurit biasa,..” jawab Kompra.
“Siapa kira-kira para
perampok itu,??” tanya seorang pimpinan prajurit.
“Hmmm, bisa dipastikan
ini ulah para perampok dari gunung Merasin,..!” jawab Kompra.
Kompra tidak ingin
berpusing-pusing memecahkan teka-teki sulit siapa perampok hadiah kepala negeri
itu. Baginya yang penting membawa pulang
hasil tangkapan, jangan sampai pulang dengan tangan hampa. Dan yang
paling mudah adalah menuduh perampok gunung Merasin yang sudah terkenal dan
lumayan dekat dengan Kalisunggi.
“Siapkan diri kalian.
Kita akan beristirahat disini semalam dan besok pagi-pagi benar kita berangkat
untuk menyerang perampok gunung Merasin,..!!” perintah Kompra.
“Siap,..Komandan,..!!”
jawab para pimpinan prajurit.
Keesokan harinya pagi-pagi benar pasukan itu
berangkat menuju kaki gunung Merasin. Menjelang sore mereka tiba di sekitar
celah gunung Merasin Utara dan Merasin Selatan. Kompra lalu mengirim empat
orang prajurit sandi untuk mencari tahu tempat persembunyian para perampok
gunung Merasin. Menjelang tengah malam ke empat prajurit itu melaporkan
temuannya.
“Markas mereka tidak
besar pak, Mungkin hanya dihuni 30 sampai 40 orang saja,..” lapor seorang
prajurit.
“Bagus,..!! Malam ini
juga kita mulai menyusup diam-diam mendekati markas mereka. Seratus orang
pertama mengikuti saya. Dibelakangnya seratur orang lagi, dan paling belakang
sisanya,..!!” perintah Kompra.
Malam itu juga mereka
mengendap-endap menuju markas perampok gunung Merasin. Medan yang sulit dan
hutan yang lebat menghambat mereka untuk bisa maji dengan cepat. Selangkah demi
selangkah mereka menapaki tebing guning. Menjelang pagi barulah mereka sampai
di dekat markas itu. Kompra memerintahkan mereka mengepung masrkas itu dari
semua penjuru.
Kari masih terang tanah
ketika Kompra memerintahkan prajuritnya menyerbu. Dengan seketika berhamburan
para prajurit berlompatan dan berlari sambil berteriak-teriak garang menrjang
markas perampok. Penjaga yang terkantuk-kantuk dan tidak mengira sama sekali
dengan mudah dilumpuhkan dengan sabetan golok.
Dengan beringas mereka
mendobrak masuk dan menyerang rumah-rumah yang ada di dalam markas itu. Para
perampok yang terbangun mendadak itu segera meloncat berdiri dan mencoba
melawan sebisanya. Mereka mengambil apa saja yang terdekat untuk membela diri.
“Bunuh semua,..!! Tangkap
pemimpinnya,..!!” teriak Kompra.
Penyerbuan itu tidak
berlangsung lama, karena jumlah perampok yang tidak seimbang dibanding jumlah
prajurit lagi pula mereka tidak dalam keadaan siaga. Dengan cepat seorang
pemimpinya di ringkus, sedangkan yang seorang lagi melawan mati-matian. Ia tahu
kalau pun tertangkap pasti akan dihukum mati, dan sebelum dipancung dia akan
dicambuk hingga punggungnya menjadi bubur dagingnya sendiri.
“Kita bawa orang ini ke
Megalung,..” perintah Kompra.
Meskipun lebih dekat
dengan Gudara, dia tidak ingin membawa pemimpin perampok itu ke Gudara karena
dia bertanggung jawab kepada adipati Cadipa di Megalung.
Tiga hari kemudian mereka
tiba di Megalung. Demi mendengar laporan Kompra bahwa hadiah untuk Kepala
Negeri dirampok orang adipati cadipa menjadi gusar bukan kepalang. Betaoa
malunya dia yang sudah direstui menjadi adipati oleh Kepala Negeri tetapi gagal
memberi hadiah di ulang tahun perkawinannya. Mau disimpan dimana mukanya.
Dan yang tambah
membuatnya geram bahwa perampokan itu di dalangi oleh Laja, orang kepercayaan
ayahnya sendiri sebagai gubernur Gurada, dan dibantu temannya bernama Rampoli.
“Cepat buat orang itu mengaku
dimana Laja dan temannya Rampoli berada. Habis itu hukum mati dia,..!!”
perintah Cadipa.
Di markas Kompra, kepala
perampok itu disiksa dengan cambuk agar mengaku dimana Laja dan Rampoli berada.
“CTARRR..!! CTAAARR,..!!”
cambuk menyalak menghajar pungggung kepala perampok.
“Dimana Laja dan Rampoli
berada,.he...??!” tanya Kompra’
“Saya tidak kenal nama
itu,..” jawabnya.
“CTAARR,.. CTAARR,..”
“UUUHHH,..!!” terdengar
keluh nya.
“Ayo jawab,...dimana Laja
dan Rampoli berada,..” tanya Kompra lagi.
“Saya tidak kenal
mereka,..” jawab kepala perampok.
Cambuk menyalak lagi.
Kali menghajar betisnya. Tetapi dia tidak bisa lain selain bilang tidak tahu.
“Lebih baik kau mengaku
sebelum badanmu hancur lebur,..” kata Kompra.
Cambuk pun menghajar lagi
hingga ia jatuh pingsan karena kesakita. Prajurit lalu menyiramkan air dingin
untuk menyadarkan.
“Ayo jawab,..” kata
Kompra sambil mengayunkan cambuk.
“CTAAAARR,..!!
“UHH..!!”
Karena tak tahan mendapat
cambukan terus menerus kepala perampok itu terpaksa mengaku asal-asalan.
“Mereka.. ada di
...gunung ...kembar..” jawabnya.
Begitu mendapat pengakuan
yang diharapkan Kompra langsung mencabut pedangnya dan menebas leher kepala
perampok itu, tewas!
Berita tentang perampokan
hadiah itu segera menyebar ke pasar-pasar dan menjadi bahan pembicaraan orang.
Adipati Cadipa segera berangkat menuju Gurada melaporkan peristiwa itu kepada
gubernur Marsidu yang tak lain ayahnya sendiri.
“Kurangajar,...!! .. Jadi
Laja sendiri yang mendalangi perampokan itu,..!!??” maki Marsidu.
Iya,..ayah... Dengan
temannya bernama Rampoli.
Hari itu juga Marsidu
dengan diiringi pengawal yang kuat berangkat ke Kotaraja untuk melapor kepada
kepala negeri Sudoba. sedangkan Cadipa disuruhnya kembali ke Megalung
menyiapkan pasukan tentara.
Berita pun segera
menyebar ke mana-mana terutama di pasar. Emaknya Minur juga mendengar berita
itu, dan hatinya berdegup kencang mendengar nama Rampoli disebut-sebut.
Malam harinya sepulang
Minur dari warung tempatnya bekerja ibu dan anak itu saling bercerita tentang kabar
perampokan yang menyangkut nama Rampoli.
“Cepat atau lambat mereka
akan mencarimu di warung atau di rumah ini,..” kata emaknya.
“Jadi gimana ini
mak,..??” tanya Minur.
“Besok pagi-pagi sekali
kamu ke warung dan pamit mau ke Kotaraja karena ada saudara yaitu budemu yang
meninggal,..” kata emaknya.
“Jadi, kita ke Kotaraja
mak,..??” tanya Minur.
“Iya,..” jawab emak.
“Tetapi,.. gimana dengan
kakang,...” tanya Minur, tidak meneruskan kata-katanya karena si emak
menyilangkan jari di bibirnya.
“Ssssst, jangan sebut
nama itu,.. Kamu ikut saja. Sudah emak pikirkan caranya,..”
Esok harinya, padi-pagi
benar Minur mendatangi warung dan minta ijin untuk pergi ke Kotaraja dengan
alasan budenya meninggal. Pemilik warung ikut merasa berduka dan memberikannya
sedikit uang untuk bekal.
Minur segera mendapatkan
emaknya dan kedua anak beranak itu pergi tetapi bukannya pergi ke Kotaraja tetapi
pergi ke bagian kota yang lain untuk menyewa sebuah rumah sederhana.
“Bagaimana kakang bisa
tahu kita ada disini,..??” tanya Minur.
“Kalau dia datang ke
rumah dan tidak ketemu kita, dia akan ke pasar mencari emak,..” jawab emaknya.
“Nah, mulai sekarang kamu
tidak boleh keluar rumah supaya tidak dikenali. Emak akan berpura-pura jadi
pengemis di pasar sambil melihat-lihat siapa tahu ada kakangmu disana,..” jelas
emaknya.
Sementara itu,... Marsidu
telah sampai di Kotaraja.
Setelah menunggu sehari,
dia mendapat kesempatan menghadap melaporkan perampokan atas hadiah untuk ulang
tahun perkawinan kepala Negeri itu.
“Hmmm, kalian rupanya
kurang hati-hati mempercayai orang, ..” kata Sudoba masgul.
“Ampun tuanku,...kami
tidak tahu kenapa dia bisa begitu. Sudah bertahun-tahun dia menjadi orang
kepercayaan kami dan sangat bertanggung jawab,..” kilah Marsidu mencoba membela
diri.
“Hmmm ya,... Mungkin saja
dia terpengaruh oleh kawannya itu yang memang anggota gunung Kembar,..” kata
Sudoba.
“Saya sudah suruh Cadipa
menyiapkan pasukan untuk menyerbu gunung Kembar,..” lapor Marsidu.
“Ya,,ya... anak itu harus
bertanggung jawab atas kehilangan itu,..” kata Sudoba.
“Apakah kami bisa dibantu
oleh adipati Rajapurwa yang dekat dengan gunung Kembar,..??” tanya Marsidu.
“Sebaiknya tidak, karena
kalau berhasil adipati Rajapurwa akan ikut mendapat nama. Dia itu orangnya
Perdana Menteri Jukamu. Itu akan memperkuat kedudujan Jukamu. Usahakan
sendiri,..!!” jawab Sudoba.
“Baik, tuanku,..” kata
Marsidu.
Dia paham bahwa antara
Kepala Negeri Sudoba dan Perdana Menteri Jukamu ada persaingan politik berebut
pengaruh yang sengit. Jukami terkenal licik bagai pelanduk.
Marsidu tidak langsung
pulang dan menginap semalam lagi untuk bertemu kakaknya yang menjadi isteri
Sudoba.
“Kalau begitu kamu harus
membantu anakmu supaya dia berhasil. Jangan sampai dia gagal lagi kali ini.
Kepala Negeri bisa kecewa nanti,..” nasihat kakaknya.
“Baik kak, tentu saya
akan membantu Cadipa dengan pasukan yang kuat,..” jawab Marsidu.
Keesokan harinya dia
berangkat pulang ke Gurada.
-------------------------------
Dalam pada itu,... kita
kembali ke markas Kasjur diatas bukit di gunung Kalas.
Sudah sekitar 60 orang
bekas prajurit yang bergabung di kasjur. Sisanya masih akan berdatangan di
pasar Selonto. bangunan barak sudah lengkap dibangun, beberapa petak sawah dan
ladang pun sudah mulai terbentuk.
Ternyata berita tentang
perampokan itu telah sampai ke pasar Selonto dan Lugasi yang mendengar itu
mengajak berunding Andragi dan teman-teman.
“Karena mereka mengira
sobat Laja dan Rampoli ada di gunung kembar tentu mereka akan menyerbu gunung
Kembar. Saya akan ke sana memberitahukan pak Jotiwo dan pak Gadamuk soal ini
biar mereka bersiap-siap,..” usul Lugasi.
“Ada baiknya sobat Lugasi
mengajak Prasa, Prawa, Prati, Pratur dan Prama untuk membantu karena pasti
pasukan provinsi Gurada akan ikut membantu pasukan Megalung, dan para sobat ini
tentu tahu strategi dan siasat pasukan pemerintah itu,..” kata Andragi.
“Tapi mereka tidak boleh
terlihat oleh prajurit Megalung, kasihan anak istri mereka yang masih berada di
markas tentara di Megalung,..” kata Lugasi.
“Sobat Lugasi benar.
Karena itu mereka harus merubah penampilan agar tidak mudah dikenali. Dan pada
saat yang sama sobat Loyo dan Brewok akan membuat para istri dan anak mereka
keluar dari markas dan pindah kesini,..” jelas Andragi.
“Agar anak isterinya
percaya para sobat akan menulis surat dan meninitipkan barang yang dikenal
keluarganya untuk dibawa oleh sobat Loyo dan Brewok,..” lanjut Andragi.
“Oh iya, sobat Lugasi
boleh membawa mata setan untuk membantu pak Jotiwo dan pak Gadamuk beserta
pasukannya,..” kata Andragi.
Mendengar kata Mata Setan
itu, para bekas pimpinan prajurit hanya bengong dengan mata bertanya-tanya.
“Nanti disana para sobat
juga akan tahu Mata Setan itu,..” kata Lugasi sambil tersenyum.
“Saya juga mohon ijin
untuk menjemput Minur dan emaknya yang bisa berbahaya hidup mereka kalau tetap disana,..”
“Iya, saya kira memang
harus begitu. Sobat Rampoli juga harus pandai-pandai merubah penampilannya,..”
kata Andragi.
Setelah semuanya
dibicarakan dan disepakati mereka yang mendapat tugas lalu bersiap diri
sebagaimana mestinya. Keesokan harinya secara tidak mencolok mereka turun ke
pondok persinggahan lalu ke Selonto. Dari Selonto mereka menuju penyeberangan
di sungai Priga tempat mereka pernah bertempur dengan perampok Satange dan
kawan-kawan. Ketika tiba di pinggir sungai ternyata semua perahu ada di
seberang sungai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please Bro/Sis kasih komentar anda.Thanks.